Senin, 12 April 2010


BANGKOK - Kelompok pendemo anti-pemerintah Thailand kembali melakukan protes di Bangkok, Thailand hari ini. Berbeda dengan protes sebelumnya, kali ini mereka membawa 14 peti mati menandakan jatuhnya korban saat bentrokan antara mereka dengan polisi Sabtu 10 April lalu.

Pada bentrokan Sabtu, 21 nyawa dikabarkan melayang. Namun tidak semuanya korban tewas berasal dari kelompok pendemo. Beberapa diantara yang tewas terdapat anggota polisi Thailand serta seorang kamerawan asal Jepang. 874 pendemo juga dilaporkan turut terluka dalam bentrokan yang terjadi menjelang malam tersebut.

Seperti dilansir Associated Press, Senin (12/4/2010), bentrokan tersebut juga dianggap sebagai kerusuhan paling terburuk yang pernah dialami oleh Thailand selama dua dekade terakhir.

Namun tanda-tanda aksi protes akan berakhir, hingga saat ini belum tampak sama sekali. Kelompok anti pemerintah yang biasa disebut 'kaus merah' bahkan terus bersikeras melakukan protes hingga tuntutan mereka dipenuhi. Mereka minta pemerintah untuk membubarkan parlemen dan mendesak mempercepat dilakukan pemilu.

Menurut laporan sebuah media setempat, Perdana Menteri Abhisit Vejjajiva dikabarkan ditekan oleh pemerintahan koalisi Thailand untuk berkompromi dengan para pendemo. PM Abhisit diminta untuk membubarkan parlemen dalam waktu enam bulan, dari keinginan sebelumnya untuk membubarkan parlemen pada akhir tahun.

Tetapi langkah kompromi yang dihendaki pihak koalisi pemerintah tampaknya akan menghadapi hambatan. Sebelumnya pada hari Minggu 11 April, menegaskan tidak akan bernegosiasi dengan pihak pemerintah yang mereka anggap pembunuh.

14 peti mati kosong mereka usung dalam protes hari ini, sebagai tanda berkabung. Peti mati tersebut mereka arak di sepanjang Kota Bangkok sebagai protes aksi kekerasan yang diduga dilakukan oleh pihak keamanan Thailand. Sementara proses otopsi atas 21 korban tewas akibat bentrokan baru akan dilakukan hari ini. Otopsi akan membuktikan penyebab kematian dari para korban tewas.

0 komentar:

Posting Komentar